Saturday, February 1, 2014

Bahas pembuatan foto Reruntuhan Mistik

Foto reruntuhan candi di Kamboja (Candi Ta Phrom) ini adalah salah satu foto favorit saya saat bersama-sama peserta tour ke Kamboja. Candi Ta Phrom adalah candi kedua yang paling populer setelah Angkor Wat, karena di dalam candi ini banyak pohon-pohon  yang tinggi tumbuh diatas menara dan tembok candi. Candi ini menjadi sangat terkenal setelah menjadi lokasi syuting film Tomb Raider yang dibintangi Angelina Jolie.

Memotret foto panorama dengan kamera DSLR

Foto Panorama adalah penggabungan beberapa foto yang tumpang tindih sebagian dengan tujuan untuk mendapatkan foto yang lebar dan mencakupi pemandangan yang luas.
Di kamera compact bahkan ponsel atau iPad telah tersedia aplikasi otomatis untuk memotret Panorama. Setelah mengaktifkan mode panorama, kita tinggal memutar kamera dengan perlahan dari kiri ke kanan dan membiarkan kamera mengkombinasikan foto-foto menjadi foto panorama yang utuh untukmu.
Foto Panorama
Hasil gabungan tujuh foto -> Panorama

Secara manual, teknik panorama ini dapat dilakukan dengan kamera apapun, termasuk kamera DSLR. Caranya kita membuat beberapa foto untuk menangkap bagian-bagian dari pemandangan yang lebar.
Saat memotret foto-foto yang akan digabungkan, yang penting adalah mengunakan setting exposure dan kamera yang sama. Yang paling ideal adalah mode Manual, dimana kita bisa menetapkan nilai bukaan, shutter speed dan ISO yang tetap. Jangan lupa matikan Auto ISO. Supaya ruang tajamnya luas, bukaan kecil seperti f/11-f/22 saya anjurkan.
Selain itu, White Balance (WB) seharusnya juga di tetapkan sesuai warna sumber cahaya (jangan AWB). Fungsi Active D-Lighting, Auto Lighting Optimizer / Dynamic Range optimizer seharusnya di OFF supaya terang gelap antara foto yang satu dengan yang lain tidak berubah.
Foto panorama sebaiknya dipotret dengan mengunakan orientasi kamera vertikal. Hal ini karena bagian tengah foto biasanya lebih sedikit distorsi (perubahan bentuk cembung/cekung) daripada bagian ujung foto.
7 Foto yang siap digabungkan menjadi satu foto. Untuk foto panorama ini saya mengunakan jarak fokus 35mm
Pemakaian tripod bagus untuk mendapatkan foto yang tajam dan akurat, tapi menggenggam kamera dengan tangan juga baik, asal cahaya cukup terang sehingga shutter speed bisa cepat.
Jarak fokus lensa yang baik adalah 50 mm atau lebih panjang, dengan jarak fokus 50 mm, foto panorama akan terlihat alami. Tapi kalau ingin membuat efek yang lebih berdimensi dan dramatis, jarak fokus yang lebih lebar seperti 24 dan 35 mm dapat digunakan.
Setelah itu, foto-foto bisa dimasukkan kedalam software pengolah foto seperti Adobe Photoshop melalui menu File>Automate>Photomerge. Jika tidak memiliki software Photoshop, banyak juga software spesialis Panorama lainnya misalnya Hugin.

Mencegah kondensasi / pengembunan di lensa

Saat lensa dipindahkan dari ruang yang panas ke dingin atau sebaliknya, ada kemungkinan lensa akan mengalami kondensasi atau berembun. Contoh umum yaitu saat kita keluar dari mobil yang ber-AC dingin ke luar mobil yang panas. Atau sebaliknya, saat kita membawa keluar kamera dan lensa kita dari tempat yang hangat seperti rumah ke luar ruangan yang lebih dingin dan lembab.
Lensa berembun berpotensi merusak lensa dan menimbulkan jamur

Lensa berembun berpotensi merusak lensa dan menimbulkan jamur
Pertemuan antara kamera dan lensa yang hangat ke tempat yang dingin akan membuat uap air menempel dan berkondensasi menjadi embun di permukaan dan di dalam lensa kamera. Jika dibiarkan berlarut atau berulang-ulang, pengembunan ini bisa menimbulkan jamur, karat bahkan korslet.
Cara menghindarinya yaitu memasukkan kamera dan lensa ke dalam plastik kedap udara / ziplock, dan kemudian biarkan kamera dan lensa menyesuaikan dengan suhu baru secara perlahan. Perlu sekitar 10-20 menit untuk menyesuaikan tergantung dari panjang lensa. Lensa yang sederhana dan pendek seperti lensa fix 50mm atau zoom 18-55mm membutuhkan waktu lebih sedikit untuk menyesuaikan dengan suhu baru.
Jika keburu sudah kondensasi / berembun, jangan lepaskan lensa dari kamera dan masukkan kamera dan lensa dalam plastik dan usahakan mengeluarkan udara dari plastik. Memasukkan penyerap air seperti silica atau beras juga dapat membantu.
Jangan khawatir dan tunggulah sampai kameranya menyesuaikan dengan udara lingkungan. Dalam beberapa kasus, perlu menunggu 1-2 hari untuk memulihkan kamera dan lensa seperti sediakala.

Wednesday, January 29, 2014

Teknik fotografi memotret sunrise, sunset dan twilight + setting kamera

Memotret sunrise dan sunset (sebenarnya gak ada bedanya dari sisi fotografi, yang beda cuma sunrise lebih dingin dan sepi daripada sunset, dan yang satu terbit dan yang lainnya tenggelam he he he). Persiapan yang dibutuhkan tentunya adalah memeriksa lokasi di hari sebelumnya, arah matahari dan sebagainya. Peralatan utama yang dibutuhkan adalah kamera, tripod, dan senter.
Setelah tiba dilokasi, hal yang pertama dilakukan tentunya mencari lokasi yang bagus dan aman untuk memotret. Setelah ketemu, baru pasang kamera di tripod. Kalau bisa jangan kebalikannya, kalau keburu pasang tripod dulu biasanya kita sudah malas bergerak mencari posisi yang lebih bagus.


Mode dan setting exposure kamera
Mode kamera yang saya gunakan adalah mode manual (M). Pastikan AUTO ISO dalam kondisi OFF. Rugi dong, kalau ternyata AUTO ISO kamera memilih ISO yang terlampau tinggi karena mendeteksi pencahayaan yang gak begitu terang. Setelah itu saya akan set ISO rendah, sekitar 100/200 (tergantung kamera masing-masing). Dengan ISO rendah, kualitas fotonya paling bagus :)
Bukaan favorit saya adalah sekitar f/8 sampai f/16.  Dengan bukaan yang relatif kecil, ruang tajam menjadi besar dan pemandangan yang luas bisa tajam semua. Setelah itu, saya tinggal atur shutter speed sampai lightmeter jatuh di titik nol saat saya menekan setengah tombol shutter/jepret. Biasanya shutter speed akan jatuh lebih lambat dari satu detik sesaat sebelum matahari terbit.
(Sumber bacaan: Untuk mengenal istilah fotografi seperti mode kamera, ISO, bukaan dll silahkan mampir ke halaman top post kategori dasar fotografi)
Untuk fokusnya, saya mencoba autofokus, tapi kalau langit masih gelap dan kamera gagal mengunci fokus, saya akan set lensa/kamera ke manual fokus, dan mengunakan live view (komposisi dengan layar LCD) dan kemudian mencari fokus dengan memutar barrel fokus di lensa.
Lalu saya akan mengambil test shot, kalau terlalu terang atau gelap, saya akan ganti nilai shutter speednya supaya hasilnya sesuai keinginan saya. Asyiknya kamera digital jaman sekarang memberikan hasil foto langsung di layar LCD jadi tidak ada salahnya mencoba-coba setting yang berbeda-beda.
Idealnya mengunakan self-timer atau exposure delay supaya saat kita menekan tombol shutter, kamera tidak goyang dan hasil foto tajam. Remote dan cable release, dua aksesoris pembantu dapat membantu.
Kalau pemandangannya mencakupi sesuatu yang bergerak, contohnya ada orang seperti nelayan, fotografer, satwa, dll, maka shutter speednya gak boleh terlalu lambat (lebih dari satu detik) karena subjek yang bergerak itu akan tidak tajam. Kalau bisa, kita gunakan shutter speed cukup cepat, contohnya 1/15 detik atau kalau bisa 1/100 detik lebih ideal lagi. Untuk mendapatkan shutter speed cepat tanpa membuat hasil foto gelap, naikkan nilai ISOnya.
Filter atau tidak?
Filter seperti GND (graduated neutral density) biasanya digunakan untuk menyeimbangkan pencahayaan langit dan bumi saat sunset dan sunrise. Saya sendiri sukanya tidak mengunakan filter GND dan membiarkan bagian foreground gelap/siluet. Supaya kesannya lebih alami dan bentuk-bentuknya lebih menonjol. Alasan lain adalah tanah di tepi danau itu kotor, banyak sampah plastik bekas turis :( Dan alasan lainnya, filter GND repot dipasang dan yang berkualitas tinggi cukup mahal dan mudah rusak.
Alternatif lain jika ingin langit dan buminya seimbang yaitu mengaktifkan fitur yang dinamakan Active D Lighting (Nikon), Auto lighting optimizer (Canon). Ada juga kamera yang kini memiliki fitur Built-in HDR. Saat fitur ini aktif, kamera akan otomatis membuat dua gambar dan menggabungkannya langsung menjadi satu.
Cara lainnya yaitu membuat dua atau lebih dari dua foto yang terang gelapnya berbeda-beda lalu menggabungkannya dengan software pengolah HDR seperti Photomatix atau Photoshop CS. Saat mengunakan teknik HDR, kita wajib mengunakan tripod supaya foto akhir tidak berbayang dua.
Keterangan foto di atas
Foto diatas saya buat saat tur fotografi di daerah Pangalengan, Jawa Barat. Pagi-pagi sekitar jam 5.30 WIB. Saat ini biasanya disebut twilight hour / blue hour, menjelang matahari terbit. Secara komposisi saya mencoba membuat komposisi yang seimbang dengan adanya dua pohon disebelah kiri dan kanan. Siluet fotografer dan perahu diseimbangkan dengan dua perahu di sebelah kanan. Lensa lebar digunakan untuk membuat kesan luas berdimensi.
ISO 200, f/8, 1/2 detik, 16mm, kamera full frame (10mm untuk kamera bersensor APS-C), krop dengan aspek rasio 16:9
Saya mengunakan ISO 200 supaya saya bisa mendapatkan shutter speed 1/2 detik, cukup supaya orang-orang ditepi danau tidak blur, dan kualitas foto masih terjaga.
Keterangan foto dibawah
Foto dibawah kondisi sudah sangat gelap karena matahari sudah tenggelam sekitar jam 18.15. Untuk membekukan gerakan nelayan yang sedang menjala ikan, saya mau gak mau harus pakai shutter speed tinggi. Caranya saya naikkan ISO ke 6400 kemudian gunakan bukaan terbesar, yaitu f/1.4. dan dari dua setting tersebut, saya mendapatkan shutter speed 1/125 detik. Lumayan untuk membekukan subjek foto.
Selain nelayan, saya memasukkan elemen foreground yaitu pohon di tepi waduk Jatiluhur. Lampu-lampu kuning dan refleksinya dari seberang waduk yang memberikan efek visual tambahan yang menurut saya cukup menarik.
ISO 6400, f/1.4, 1/125 detik, 85mm (di full frame, kira-kira 60mm di sensor APS-C), krop dengan aspek rasio 16:9


Infofotografi secara rutin menyelenggarakan pelatihan dasar fotografi, pengenalan kamera, dan tur fotografi untuk mengasah ilmu dan praktis. Tempat terbatas dan sering terisi penuh dari jauh hari. Jangan lewatkan kesempatan belajar bersama-sama.

Friday, January 10, 2014

Tips Fotografi landscape

Tips ini sangat berguna untuk memotret landscape yang benar. Tetapi foto yang bagus tidak selalu foto yang benar. Jadi silakan saja untuk melanggar tips-tips ini, tapi sebelumnya kita harus tahu dulu. Mari kita simak tips berikut ini.
1. Perhatikan Horizon


Jika kita berhadapan dengan suatu pemandangan, hampir dapat dipastikan kita akan melihat garis horizontal yang membentang dan membelah gambar menjadi dua bagian. Ini disebut garis horizon. Dalam Fotografi Landscape, jika salah satu bagian lebih menarik. Berilah porsi 2/3 dari frame. Dan yang kurang menarik beri sisanya yaitu 1/3. Memang tidak mutlak, tetapi bila POI berada pada bagian yang 2/3 maka kesannya akan lebih kuat.